Terusik menulis tentang ini, mengingat pengalaman saat dari Taman Safari Cisarua Bogor hari Rabu yang lalu, melihat seorang ibu dengan anak lelakinya yang baru berumur 5 tahun hampir tertabrak mobil saat akan menyeberang di daerah Cipayung untuk menaiki angkot yang saya ada di dalamnya. Sesampainya di dalam angkot, saya masih melihat, betapa ibu tersebut gemetaran yang luar biasa. Kami seluruh penumpang di dalam angkot yang kebanyakan adalah ibu-ibu juga, berusaha menenangkannya.
Ini bukan kali pertama kejadian seperti itu, seorang ibu yang duduk di sebelah saya dan tinggal di daerah Cisarua mengatakan "Sering banget bu, kalau lagi satu arah, mobil pada ngebut-ngebut, susah untuk nyeberang. Bahkan saat Hari Raya Idul Fitri kemaren, tetangga saya, ibu-ibu meninggal, karena lagi nyeberang tertabrak bus, kondisinya parah bu" ... Saya benar-benar menyimak cerita ibu di sebelah saya.
Sambil mendengarkan cerita ibu tersebut yang menceritakan beberapa tetangganya yang mengalami nasib sama, kesulitan saat menyeberang, pikiran saya berkecamuk. Betapa tidak ... baru saja, saya mengirimkan tweet ke radio Sindo Trijaya FM dan El Shinta tentang info lalin "Dari puncak dibuka satu arah turun. Cisarua - Ciawi lancar jaya" dan saya bahagia banget, karena perjalanan yang sangat lancar berbeda dengan saat kami datang. Tapi ternyata, kondisi yang dibuka satu arah itu, justru menyulitkan warga sekitar yang ingin menyeberang, terutama ibu-ibu. Ya Allah ... ternyata bahagianya saya, kesulitan bagi mereka.
Sampai saya menulis ini, saya sendiri belum tahu, solusi apa yang terbaik untuk mereka. Memang ... kondisi itu hanya sementara, tidak permanen. Hanya saat dibuka satu arah saja, tapi tetap harus dicarikan jalan keluarnya, agar siapa pun yang menyeberang merasa aman. Sehingga semuanya senang, pengguna jalan dan warga sekitar.
Tambun - Bekasi