Senin, 26 Mei 2014

Senin Pagi di Pekan Terakhir Bulan Mei 2014

Pukul 07.40 WIB saya dan suami meninggalkan Depok untuk kembali ke Tambun Bekasi. Biasanya kami melakukan perjalanan hari Ahad pagi atau Ahad sore menuju rumah, tapi kali ini berbeda ... Senin pagi ... dan sudah menjadi rahasia umum kalau Senin itu hari yang super sibuk dan jalan raya super macet.

Melintasi jalan raya Kukusan Depok - jalan raya Srengseng Sawah - jalan raya Desa Putera sampai keluar mendekati stasiun Lenteng Agung, jalanan masih ramai lancar, tapi mulai dari stasiun Lenteng Agung sampai perempatan TB. Simatupang ... macetnya luar biasa. Kami berkendaraan motor, tapi masih merasakan kemacetan itu. Untuk selap-selip mengalami kesulitan. Akhirnya, ikuti saja arus yang ada.

Sebenarnya suasana demikian sudah biasa. Saat saya kuliah pun pemandangan macet di depan kampus (IISIP Lenteng Agung Jakarta) sudah menjadi makanan sehari-hari. Saya harus berangkat pagi-pagi sekali jika ada kuliah hari Senin jam 08.00, karena jika tidak, terlambat terus masuk kuliah yang jam pertama.

Bersabar di tengah kemacetan, ternyata tidak mudah. Terutama saya. Kesabaran saya terusik oleh pengendara lain yang tidak mau sabar. Motor naik ke atas trotoar, lalu kemudian langsung memotong dan mengambil tempat persis di depan motor kami, ditambah klakson mobil dan motor yang saling bersahutan, padahal sudah macet, ngapain juga klakson dibunyiin. Bikin sakit telinga. Bagi mereka yang terbiasa terjebak kemacetan mungkin sudah tidak aneh, sedangkan saya ... hmm, tidak ada pilihan lain kecuali ber-sa-bar.

Selepas perempatan TB. Simatupang menuju Pasar Rebo, mulai ramai lancar. Naaah, ada kejadian lagi, sebelum pertigaan arah Condet, dari TB. Simatupang, banyak sekali kendaraan motor yang melaju semaunya sendiri. Mereka memotong, berlawanan arah dengan kecepatan lumayan tinggi. Bahaya banget ... Saya mengingatkan suami untuk berhati-hati, jangan sampai bersenggolan dengan mereka. Suami bilang, kita ga salah, yang salah mereka. Saya cuma senyum kecut melihat keadaan itu dibalik helm. Mau bagaimana lagi ...

Senyum kecut saya tidak perlu lama. Akhirnya, kelegaan berkendaraan pun kami rasakan, selepas perempatan Pasar Rebo menuju Kp. Rambutan. Lancaaarr. Apalagi jalur yang kami lalui, jalur alternatif (baca : Jalur Alternatif Tambun - Depok). Hmmm, legaaaa. Alhamdulillaah kami pun selamat sampai di rumah. 

Terlepas dari kejadian hari ini, saya salut pada mereka yang berhadapan setiap hari dengan kemacetan. Demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka tercinta, apapun rintangannya mereka hadapi. Tapi ... jangan lupa ya, saat di jalan raya "Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas dan Budayakan Keselamatan sebagai Kebutuhan" seperti slogannya Korlantas Polri yang sudah dikampanyekan sejak dua tahun yang lalu. (^_^)

Tambun - Bekasi

Kamis, 22 Mei 2014

Kerinduan yang Memuncak

Tahun 2009 dan 2010 merupakan tahun kesedihan bagi saya dan kedua adik perempuan saya. Pada tanggal 26 September 2009, ayah berpulang ke Rahmatullaah akibat adanya pengentalan darah di otak dan tahun berikutnya ibu menyusul, tepatnya tanggal 5 Oktober 2010, setelah satu tahun  berjuang dengan penyakit kanker serviksnya. Tidak pernah terbayangkan akan kehilangan kedua orang tua yang hebat dalam waktu 1 tahun.

Kesedihan yang luar biasa tak terbendung. Air mata mengalir deras membasahi mukena dan sajadah. Merindukan canda tawa mereka selalu hadir setiap saat. Bayangan kebersamaan yang indah selalu mencuat.

Hari, bulan dan tahun berganti. Mulai terbiasa tidak menatap wajah mereka lagi. Tapi, ada 1 kehilangan teramat sangat saya rasakan, kesempatan yang takkan pernah saya dapatkan lagi yaitu kehilangan do'a restu mereka. Do'a restu yang selalu menyertai saat saya ujian sekolah, ujian skripsi, menikah bahkan saat saya berjuang melahirkan anak pertama. Do'a mereka menjadi kekuatan tersendiri bagi saya.

Wajah ayah dan ibu takkan pernah terhapus sampai kapan pun, canda tawa mereka terekam permanen dalam putaran kehidupan. Kalau saat ini ada kerinduan yang memuncak dalam dada, kerinduan itu adalah kerinduan akan do'a restu orang tua, karena ... do'a restu mereka sudah berhenti di tanggal 5 Oktober 2010 dan takkan pernah saya dapatkan lagi.
 

Tambun - Bekasi

Jumat, 16 Mei 2014

Nuansa Keindahan Membaca Al Qur'an One Day One Juz

Alhamdulillaah, kurang lebih 4,5 bulan saya bergabung dalam komunitas One Day One Juz. Komunitas yang pada tanggal 4 Mei lalu, mengadakan Grand Launching-nya di Mesjid Istiqlal dan mendapatkan Rekor Muri, bukan hanya nasional tapi juga internasional. Di sini, saya tidak akan menulis tentang komunitas One Day One Juz, karena sudah banyak penulis-penulis hebat menuliskannya. Tapi, yang saya tulis adalah nuansa keindahan yang saya dapatkan setelah menjalankan One Day One Juz.

Menyelesaikan tilawah satu hari satu juz bahkan lebih, biasanya saya lakukan saat bulan Ramadhan. Sedangkan di bulan-bulan lain, belum maksimal. Tetapi, setelah bergabung dalam komunitas One Day One Juz, semuanya berubah. Walaupun awalnya dipaksa untuk menyelesaikan satu hari satu juz, tapi akhirnya menjadi biasa. Dari yang tadinya berat akhirnya menjadi sangat ringan.

Dari kebiasaan inilah saya mendapatkan beberapa nuansa keindahan yang luar biasa, pertama yaitu hati menjadi tenang. Untuk saya yang sekarang bergelut dalam dunia konseling, ketenangan hati amat sangat mempunyai peran yang penting ketika saya membantu siswa-siswi menyelesaikan masalah. Begitu juga saat menjadi tempat curhat ibu-ibu di majlis ta'lim. Ketenangan hati membuat saya lebih mudah menyusun kata demi kata dalam memberikan solusi.

Nuansa keindahan kedua yang saya dapatkan adalah kemudahan dalam segala urusan. Mungkin ini terdengar klise, tapi saya merasakannya. Tidak bisa saya tuliskan satu persatu urusannya, karena terlalu banyak urusan yang sudah Allah mudahkan untuk saya.

Nuansa keindahan ketiga adalah kekuatan Ukhuwah Islamiyah. Dari yang tidak kenal menjadi mengenal. Saling mengingatkan dan memberi semangat menjadi makanan sehari-hari. Tegur sapa, canda ria bercampur menjadi satu dalam rangkaian kebersamaan. Kebiasaan memberi semangat ini saya tularkan ke anak didik saya, ibu-ibu majlis ta'lim dan yang paling utama ke diri saya sendiri. (^_^)

Itulah tiga nuansa keindahan yang saya dapatkan. Saya yakin ODOJERS lain pun merasakan hal yang sama, bahkan mungkin lebih banyak lagi  yang mereka dapatkan.

Dari semua ini, saya menyimpulkan bahwa satu perbuatan baik yang kita lakukan dan terus menerus pasti akan memberikan energi positif yang melahirkan nuansa keindahan, membawa hidup kita ke arah yang lebih baik. Dan tidak lupa, dalam setiap do'a, saya memohon agar diistiqomahkan membaca Al Qur'an "One Day One Juz". Aamiin.

Group ODOJ 1138
Tambun - Bekasi