Minggu, 26 Juli 2015

Sulitnya Menyeberang Saat Arus Satu Arah

Terusik menulis tentang ini, mengingat pengalaman saat dari Taman Safari Cisarua Bogor hari Rabu yang lalu, melihat seorang ibu dengan anak lelakinya yang baru berumur 5 tahun hampir tertabrak mobil saat akan menyeberang di daerah Cipayung untuk menaiki angkot yang saya ada di dalamnya. Sesampainya di dalam angkot, saya masih melihat, betapa ibu tersebut gemetaran yang luar biasa. Kami seluruh penumpang di dalam angkot yang kebanyakan adalah ibu-ibu juga, berusaha menenangkannya.

Ini bukan kali pertama kejadian seperti itu, seorang ibu yang duduk di sebelah saya dan tinggal di daerah Cisarua mengatakan "Sering banget bu, kalau lagi satu arah, mobil pada ngebut-ngebut, susah untuk nyeberang. Bahkan saat Hari Raya Idul Fitri kemaren, tetangga saya, ibu-ibu meninggal, karena lagi nyeberang tertabrak bus, kondisinya parah bu" ... Saya benar-benar menyimak cerita ibu di sebelah saya.

Sambil mendengarkan cerita ibu tersebut yang menceritakan beberapa tetangganya yang mengalami nasib sama, kesulitan saat menyeberang, pikiran saya berkecamuk. Betapa tidak ... baru saja, saya mengirimkan tweet ke radio Sindo Trijaya FM dan El Shinta tentang info lalin "Dari puncak dibuka satu arah turun. Cisarua - Ciawi lancar jaya" dan saya bahagia banget, karena perjalanan yang sangat lancar berbeda dengan saat kami datang. Tapi ternyata, kondisi yang dibuka satu arah itu, justru menyulitkan warga sekitar yang ingin menyeberang, terutama ibu-ibu. Ya Allah ... ternyata bahagianya saya, kesulitan bagi mereka.

Sampai saya menulis ini, saya sendiri belum tahu, solusi apa yang terbaik untuk mereka. Memang ... kondisi itu hanya sementara, tidak permanen. Hanya saat dibuka satu arah saja, tapi tetap harus dicarikan jalan keluarnya, agar siapa pun yang menyeberang merasa aman. Sehingga semuanya senang, pengguna jalan dan warga sekitar.

Tambun - Bekasi

Sabtu, 25 Juli 2015

Libur Lebaran ke Taman Safari ala Backpacker

Rabu, 22 Juli 2015 saya dan suami melakukan perjalanan menuju Taman Safari Cisarua Bogor. Seperti biasa, kami berangkat ala backpacker, alias naik kendaraan umum. Alasannya, pertama karena kami belum mempunyai kendaraan mobil dan kedua biar irit, ga nyewa mobil ... hehehhe.
Oh ya ... tiket ke Taman Safarinya gratis lhooo, reward dari Sindo Trijaya FM, karena saya salah satu pemenang kuis "Hemat Ala Saya" yang diadakan di radio tersebut. Pas banget, dapat tiket gratisnya 2, jadi saya dan suami bisa pergi bersama. Yeaaayyyy ...



Kami berangkat dari rumah pukul 07.30 dengan mengendarai motor menuju Bulak Kapal. Kurang lebih 20 menit kami sampai di Bulak Kapal lalu suami langsung menitipkan motor di tempat penitipan motor langganannya. Lanjut menuju halte untuk menunggu bus jurusan Bogor. Lumayan lama juga menunggu bus yang satu ini, sekitar pukul 08.15 bus jurusan Bogor pun datang, bus Kramat Jati, kami langsung naik. Ternyata bangku di dalam bus hampir penuh, tapi alhamdulillaah kami masih dapat tempat duduk bersebelahan. Ongkos bus ini Rp. 20.000,-/orang karena masih suasana Lebaran, biasanya hanya Rp. 16.000,- kata seorang ibu yang duduk di samping saya. Beliau setiap hari menggunakan bus tersebut. Selain bus Kramat Jati ada juga bus Sinar Jaya dengan rute yang sama.

Pukul 09.30 sampailah kami di Terminal Bus Baranangsiang. Kami turun di depan terminal, tidak ikutan masuk ke dalam terminalnya. Perjalanan kami lanjutkan dengan menaiki mobil angkot warna hijau nomer 01 jurusan Baranangsiang - Ciawi. Alhamdulillaah perjalanannya lancar. Saat di angkot 01, saya coba twitter ke Sindo Trijaya FM untuk menanyakan info lalin dari Ciawi menuju Cisarua, berdasarkan informasi dari Sindo Trijaya FM, Gadog - arah puncak padat. Waaah, harus bersiap-siap dengan kemacetan nich, pikir saya. Dari Baranangsiang - Ciawi hanya 25 menit, lancar banget.

Perjalanan masih berlanjut dengan menaiki mobil angkot warna biru ada juga yang warna hijau, jurusan Ciawi - Cisarua. Naaahh ... bener banget, dari Ciawi menuju Cisarua, lama banget. Kepadatannya super-super. Harus ekstra sabar. Bayangkan dari Ciawi pukul 09.55 sampai di pertigaan Taman Safari pukul 12.05 ... Ongkos angkot ini Rp. 12.000/orang. Begitu turun dari mobil angkot, kami tidak langsung naik mobil merah menuju lokasi wisata Taman Safari, tapi makan dulu di rumah makan, lapeerrr bangeeetttt ... selesai makan, baru dech lanjutin lagi naik angkotnya. Sssstt, mobil angkot merahnya ngetemnya agak lama, dari mulai kami makan sampai selesai baru dech mobil angkotnya jalan. Masih rezeki, sampai saya bilang sama suami, mobil angkotnya nungguin kita kali ya ... Mobil angkot merahnya sampai pintu loket. Ongkosnya Rp. 10.000/orang.

Alhamdulillaah ... akhirnya sampai juga di Taman Safari. Turun dari angkot langsung menuju loket dan menunjukkan 2 tiket gratis dari Sindo Trijaya FM. Ga pake ribet, langsung dikasih 2 tiket terusan yang nantinya akan dipasang dipergelangan masing-masing. Karena kami tidak membawa kendaraan mobil ke dalam, maka naik Safari Bus untuk berkeliling di dalam Taman Safari. Enak lho, naik bus ini, kacanya besaaaarr, puas lihat binatangnya dan juga ada guide-nya, yang menginformasikan binatang apa saja yang dilewati. Favorit saya adalah Jerapah, seneng aja lihatnya ... hehehehe.












Kurang lebih 1 jam keliling-keliling,  bus pun berhenti di area parkir dekat taman bermain. Sebelum melanjutkan, kami sholat dzuhur dulu, setelah itu lanjut ke permainan. Tidak banyak permainan yang kami naiki, saya hanya naik Mining Coaster. Kalau suami naik Mining Coaster dan Ontang Anting (namanya lupa ... Ontang Anting mah yang di Dufan) selebihnya melihat pertunjukan-pertunjukan hewan saja.

Karena kami khawatir jalur ke Ciawi macet lagi, setelah sholat Ashar kami langsung pulang. Pada saat mau pulang, saya dan juga pengunjung yang lain menunggu lagi di area parkir tempat kita datang untuk menunggu jemputan Safari Bus, lama ditunggu tidak datang-datang akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki saja keluar. Ternyata jaraknya hanya 100 meter dari tempat kami menunggu. Kata salah satu pengunjung dari Bandung yang ikutan jalan bareng ... yaaa ampuun tau gitu jalan kaki aja, saya nungguin busnya sampai 1 jam lebih. Saya cuma senyum ... 

Untuk turun ke bawah, naik mobil angkot merah lagi. Tapi karena penumpangnya hanya kami berdua, sopir menawarkan harga yang agak lebih tinggi yaitu Rp. 15.000/orang tapi mobil langsung jalan, ga pake nunggu yang lain. Kami pun setuju. Jadilah di angkot itu hanya berdua saja penumpangnya. Sampai di pertigaan Taman Safari dilanjutkan lagi dengan mobil seperti saat datang. Alhamdulillaah ternyata jalur turun lagi dibuka. Jadilah Cisarua - Ciawi lancar jaya. Lanjut Ciawi - Baranangsiang, dan Bogor - Bekasi. Naah, pulangnya dari Terminal Baranangsiang Bogor kami naik bus Sinar Jaya. Sambil menunggu bus jalan, suami membeli makanan yang ditawarkan pedagang yang naik ke bus, dari gorengan, dodol Cianjur (bukan dodol garut lho) dan mochi. Gorengan dan dodol langsung habis kami makan di bus, hanya mochi yang sampai di Tambun ... (^_^)

Bus pun akhirnya berangkat menuju Bekasi. Di terminal Baranangsiang sudah hujan, ditambah perut kenyang, plus mobil AC, sepanjang perjalanan kami pun tidur. Karena ongkos sudah ditarikin di awal, jadi kami bisa bebas tidur. Nyenyak banget tidurnya, bangun-bangun ... ehh ternyata sudah sampai di Tol Bekasi Timur. Kami pun langsung bersiap-siap, karena harus turun di halte sebelum Bulak Kapal untuk menuju penitipan motor. Lanjut dengan motor, kami pun pulang ke rumah. Sebelum sampai di Puri Cendana, mampir dulu di ayam bakar Kalasan Perumnas 3 Tambun Bekasi. Memenuhi hak perut, jatah makan malam ... hehehe.

Ini perjalanan kami ke-3 ala backpacker, sebelumnya ke Kawah Putih Ciwidey Bandung dan Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Selalu seru dan menarik dalam setiap perjalanan. Nantikan perjalanan kami berikutnya ya ...

Tambun - Bekasi

Jumat, 27 Maret 2015

Tips Menjaga Orang Sakit

Siapa pun tidak ada yang ingin sakit, baik untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarganya. Tapi jika sakit itu sudah datang bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit, maka bukan menyalahkan Allah dan keputusasaan yang dilakukan, melainkan kita berusaha dengan berobat secara maksimal untuk mendapatkan kesembuhan.

Menjaga orang sakit yang dirawat di rumah sakit ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Harus banyak yang kita persiapkan agar kehadiran kita di sana setidaknya bisa membantu mengurangi rasa sakit yang diderita pasien. Saya akan berbagi tips menjaga orang sakit berdasarkan pengalaman saya menemani almarhumah ibu saya yang pernah dirawat kurang lebih 3 bulan di RSCM Jakarta pada tahun 2009. Dari 3 bulan itulah, banyak pelajaran hidup yang luar biasa yang saya dapatkan.

Tips menjaga orang sakit yang dirawat di rumah sakit:

1. Jangan malas untuk makan.
Biasanya saat menemani orang sakit membuat kita jadi malas untuk makan, padahal ini sangat     berbahaya sekali. Tidak akan mungkin kita bisa menjaga dengan baik kalau tubuh kita sendiri tidak sehat. Makannya juga jangan sembarangan, tetap harus memperhatikan kesehatan tubuh kita. Biasanya saya stock roti dan buah di rumah sakit, agar saat perut terasa kosong dan tidak memungkinkan untuk keluar ruangan, saya tetap bisa makan.

2. Rajin minum madu/sari kurma.
Maksudnya supaya badan kita tidak lemes. Tidur yang tidak teratur dan juga tidak di kasur membuat kondisi tubuh kita butuh banyak asupan. Saat saya di rumah sakit, yang saya lakukan adalah rajin minum sari kurma. Dengan 2 sendok setiap pagi, ternyata khasiatnya luar biasa sekali.

3. Mencatat setiap obat yang diberikan
Tadinya hanya sekedar untuk mengingatkan saya pribadi, obat apa saja yang telah diberikan, tapi ternyata catatan saya sangat membantu pada saat kunjungan dokter.  Karena saya tidak hanya mencatat nama obat, jumlahnya berapa, tapi juga berapa infusan yang sudah diberikan. Walaupun di catatan medis ibu saya semuanya juga sudah ada.

4. Tampilkan wajah yang selalu menyenangkan
Hal ini memang sulit untuk dilakukan, tapi HARUS. Bermain sandiwara dihadapan pasien akan sering kita lakukan. Tapi tak mengapa, demi untuk kebaikan pasien. 

5. Bersabar
Sabar .... Sabar ... dan sabar. Kondisi emosional orang yang sedang sakit biasanya tidak stabil, mudah menangis, murung dan ada juga yang suka marah-marah karena putus asa. Tugas kita saat menjaganya adalah menenangkannya, tentunya dengan bahasa yang lemah lembut, tidak kasar dan jangan sekali-kali bernada tinggi/membentak.

6. Perbanyak Do'a dan Tilawah
Kedua hal ini merupakan hal utama yang tidak putus kita lakukan. Berdo'a agar diberikan kesembuhan pada pasien, dan tilawah agar Allah memudahkan segala urusan kita. Dengan tilawah juga menjaga kondisi emosional kita sendiri. 

Demikianlah, tips menjaga orang sakit yang bisa saya bagi kepada pembaca. Salah seorang sahabat saya berkata "Lelah fisik manusiawi, yang penting jangan sampai lelah hati". Disampaikan kepada saya pada saat menjenguk ibu saya di RSCM. Kalimat ini selalu saya ingat. Tidak dapat dipungkiri menjaga orang sakit menjadikan tubuh ini lelah, tapi tak mengapa, yang penting adalah jangan sampai kita lelah hati dalam menjaga mereka ...

Salam semangat untuk siapa saja yang dari kemarin atau hari ini menjaga orang yang kita sayangi dan cintai di rumah sakit. Satu hal yang pasti dan saya yakini, kita adalah orang-orang pilihan ... Allah tahu bahwa kita kuat , makanya Allah berikan kita ujian yang tidak biasa.

Tambun - Bekasi

5 Menit Saja

Tanggal 2 Maret 2015 yang lalu saya legalisir akreditasi kampus ke Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN - PT)  di Jalan Raya Fatmawati Jakarta Selatan. Sehari sebelumnya saya googling untuk mencari tahu letak BAN PT ini. Berbekal informasi hasil googling berangkatlah saya ditemani oleh suami menuju BAN PT.

Berangkat dari sekolah sekitar pukul 10.00 dengan mengendarai motor menuju Bulak Kapal. Setelah suami menitipkan motor di penitipan motor langganannya, langsung menuju halte untuk menunggu Bus arah Lebak Bulus yaitu Bus AC 132. Sampai di halte Bulak Kapal sekitar pukul 10.30. Setelah 5 menit menunggu, bus pun datang. Alhamdulillaah, kami dapat tempat duduk, walaupun hampir semua tempat duduk sudah terisi. Saya berfikir, kok tumben, perjalanan sudah siang begini, bus masih agak penuh, ternyata, informasi dari penumpang lain, bus ini baru ada setelah menunggu kurang lebih 1 jam. Saya dan suami bersyukur, karena kami hanya menunggu 5 menit saja.

Bus melaju lancar menuju Lebak Bulus, tidak ada halangan & hambatan. Kami turun di perempatan Fatmawati lalu menyeberang ke arah Blok M. Untuk melanjutkan perjalanan awalnya ingin naik bajaj atau angkot saja, biar kami lebih leluasa melihat-lihat kanan kiri, makluuum belum tahu tempatnya (^_^). Tapi ternyata, bajaj dan angkot tidak melewati tempat yang kami tuju, supir angkot menyarankan kami untuk menaiki Metromini 610 (Fatmawati - Blok M).
Setelah Meromini 610 berjalan, mata saya dan suami tidak lepas mencari gedung BAN PT, ada sedikit kendala, karena Jalan Raya Fatmawati arah Blok M sedang ada perbaikan dan perluasan, maka di tengah-tengah jalan ditutup seng yang cukup tinggi sehigga menghalangi pandangan kami untuk melihat ke posisi sebelah kanan (hasil googling  BAN PT ada di sebelah kanan). Setelah mata kami sibuk mencari gedung tersebut, akhirnya ketemu juga ...

Gedung BAN PT di Jalan Raya Fatmawati sangat asri. Memasuki gedung BAN PT disambut oleh Pak Security yang sangat ramah, setelah mengisi Buku Daftar Tamu, beliau menunjukkan lokasi yang kami tuju. Sepanjang kami menuju tempat legalisir, setiap kali bertemu dengan pegawai di sana, semuanya selalu memberikan senyum yang manis dan wajah yang sangat ramah. Menyejukkan ... Di bagian tempat legalisir, hanya saya yang masuk, suami menunggu di depan. Begitu masuk ke dalam, lagi-lagi saya disambut hangat dan ramah oleh petugasnya, dan ternyata hanya 5 menit saja legalisirnya, langsung selesai. Saya keluar ruangan sambil senyam-senyum. Suami justru bertanya, ditunggu ya legalisirnya? Saya bilang, sudah selesai (^_^)

Saya sangat bersyukur karena urusan legalisir Allah mudahkan ... Alhamdulillaah. Sebelum kembali ke Tambun, saya mampir dulu ke kampus IISIP di Lenteng Agung Jakarta Selatan, untuk mengambil legalisir ijazah. Dari perempatan Fatmawati cukup sekali saja naik Bus Lebak Bulus - Depok dan turun di seberang depan kampus/taman. Bela-belain mampir ke kampus selain urusan legalisir ijazah sekaligus ingin menikmati lagi soto babat dan es teh manis dekat kampus. Makanan dan minuman favorit dari kuliah sampai sekarang ... he he he. 

Setelah sholat dzuhur di musholla kampus dan kenyang bersoto babat ria barulah kembali pulang ke "home sweet home" kami ...

Tambun - Bekasi

Jumat, 02 Januari 2015

Taman Wisata Pasir Putih Depok

Tempat wisata ini berada di Sawangan Depok, Jawa Barat. Saya sendiri sebagai orang yang pernah tinggal di Depok, baru  mengetahuinya sekitar 3 bulan yang lalu. Saat itu saya sedang cari-cari tempat wisata yang cocok untuk rihlah Taman Pendidikan Qur'an saya. Walaupun akhirnya tempat tujuan rihlah TPQ saya bukan ke sana, tapi, tempat wisata ini meninggalkan rasa penasaran yang besar untuk dikunjungi.

Memenuhi rasa penasaran saya, tanggal 1 Januari 2015 kemaren, saya dan keluarga besar berkunjung ke sana. Kalau dari arah Terminal Depok, naik mobil ke arah Sawangan, angkutan umumnya D.03. Bertemu dengan Perumahan Sawangan Permai, masuk sampai ujung Sawangan Permai, lalu belok kiri, lurus saja, ikutin jalan itu, nanti akan ketemu Taman Wisata Pasir Putih, tembok depannya bercat merah. Saat kita berkunjung ke sana, jangan berharap kita akan menemukan pasir putih atau bisa bermain-main dengan pasir putih, karena tidak ada di sana, Pasir Putih itu hanyalah nama wilayahnya saja (^_^).

Taman Wisata Pasir Putih ini tempat berenang anak-anak, ada 2 area kolam renang dengan permainannya dan masing-masing terpisah. Di sana tidak ada kolam renang untuk dewasa. Harga tiket masuknya untuk Dewasa Rp. 20.000 dan Anak-anak Rp. 15.000, tapi liburan kemarin harganya naik menjadi Dewasa Rp. 25.000 dan Anak-anak Rp. 20.000. Berenang atau pun tidak kita harus bayar dengan harga tiket masuk itu. Tempat wisata ini beroperasi setiap hari kecuali hari Jum'at libur.

Saran saya, jika ingin datang ke tempat wisata ini, datanglah pagi-pagi, kemarin, saya dan keluarga besar, jam 08.30 WIB sudah ada di sana dan masih sepi, sehingga kita bisa bebas cari posisi duduk. Namun, sekitar pukul 10-an, mulai banyak pengunjung berdatangan dan seluruh area tempat wisata ini langsung penuh. Permainan lain pun ada, bahkan paket-paket outbond juga ada, tapi maaf, saya tidak hafal jenis-jenisnya. Jadi, bagi yang ingin mengetahui lebih jelas, silahkan datang langsung ke sana, atau cari-cari by google (^_^).

Pukul 11.45 WIB, kami meninggalkan taman wisata tersebut, karena area kolam renang maupun tempat istirahat sudah penuh sekali. Sangat tidak nyaman untuk 4 keponakan saya berenang dan bermain air di sana. Walaupun hanya setengah hari, mudah-mudahan bisa menyenangkan hati ke-4 keponakan saya.

Kolam Renang 1
4 keponakan
Me and My Sisters

Tambun - Bekasi

Wisata Ke Pulau Tidung

Wisata ke Pulau Tidung sudah masuk dalam rencana utama liburan kami. Tanggal 22 Desember 2014, langsung kami pesan penginapan di Pulau Tidung setelah mencari-cari by google. Kami pergi tidak melalui agen travel, karena rencana perginya hanya berdua saja, saya & suami. Alhamdulillaah, kami dapat penginapan, namanya Penginapan Samudra. Rencana menginap tanggal 29-30 Desember di Pulau Tidung dan kami pun langsung transfer untuk uang mukanya.

Banyak rencana sudah disusun rapi dan matang, hendak kemana saja di Pulau Tidung nanti. Tapi, hari Sabtu, 27 Desember 2014, sepulang dari kuliahnya, suami bilang : "Kita ga jadi ke Pulau Tidung, hari Senin saya harus ketemu dosen untuk bimbingan skripsi". Saya cuma bilang :"Yaaaaaa" ... (kecewa) tapi mau bagaimana lagi, urusan pendidikan harus diutamakan.

Hari Senin pagi tanggal 29 Desember 2014, saya hubungi Penginapan Samudra untuk pembatalan, sekaligus harus rela uang muka hangus. Selama suami di kampusnya, saya cari-cari di google, tempat wisata mana yang akan kami datangi sebagai pengganti Pulau Tidung. Ba'da Dzuhur suami kembali dari kampus dan bilang, kita ke Pantai Sawarna aja. Saya lihat di google, perjalanan dari rumah ke Pantai Sawarna kurang lebih 9 jam, waduh ... lama banget. Tapi, tidak ada pilihan lain, telp sana sini cari-cari penginapan. Ternyata, semua penginapan di Pantai Sawarna untuk tanggal 30-31 Desember sudah penuh semua. Jadi ... Pantai Sawarna pun belum bisa kami kunjungi.

Senin, 29 Desember 2014, sekitar pukul 17.30 ... saya dan suami masih mencari-cari tempat wisata yang akan kami kunjungi. Saya bilang : "Ke Pulau Tidung lagi aja dech, kita cari penginapan lain selain Penginapan Samudra", karena sebelumnya sudah saya batalkan. Suami setuju sambil bilang : "Kalau Allah izinkan, maka akan dimudahkan". Saya hanya jawab : "Aamiin". Kami mulai sibuk untuk menelephon penginapan di Pulau Tidung. Ternyata penginapan  untuk tanggal 30 - 31 Desember 2014 sudah penuh. Suami, cari-cari lagi di google, dan ketemu Homestay Ibu Yayah, langsung ditelp, dan alhamdulillaah ... bisa. Seneng banget dan wajah pun ceria. Pesan homestay di injury time. Lanjut, suami telp taxi untuk menjemput kami hari Selasa, pukul 03.45 WIB dan urusan taxi pun beres.

Selasa, 30 Desember 2014, pukul 03.45 WIB taxi yang kami pesan pun datang, dan kami langsung berangkat menuju Pelabuhan Kaliadem, karena kami akan menaiki Kapal Lumba-Lumba atau Karapu dari sana. Bisa juga dari Pelabuhan Muara Angke, tapi kapalnya kapal kayu. Pukul 05.00 WIB, kami sampai di Pelabuhan Kaliadem. Begitu tiba, langsung kami cari mushollanya terlebih dahulu. Selesai sholat Subuh, kami duduk-duduk di bangku tunggu dan langsung kami diberitahukan bahwa Kapal Lumba-Lumba atau Karapu sedang tidak beroperasi, karena habis kontraknya, yang ada hanya kapal kayu, tapi ada tempat duduknya juga, namanya Kapal Garuda Ekspress, nanti berangkat jam 08.00 WIB. Oh, ya sudah, tidak apa-apa, kami beli tiketnya dengan harga @50.000 dan sambil menunggu keberangkatan, kami foto-foto dulu di Pelabuhan Kaliadem yang bersih dan rapi tapi sepi.
Kapal Lumba-Lumba yang tidak jadi kita naikin
Pelabuhan Kaliadem

Pukul 06.30 WIB, penjaga tiket bilang, "Bu, sepertinya kalau hanya ibu berdua yang naik, kapal Garuda ga akan berangkat, lebih baik ibu naik dari Muara Angke saja, di sana banyak kapal yang berangkat ke Pulau Tidung".  Ow .. Oww ... setelah uang tiket dikembalikan, tanpa pikir panjang lagi kami langsung menuju Pelabuhan Muara Angke yang jaraknya tidak jauh dari Pelabuhan Kaliadem, dengan berjalan kaki sekitar 10 menit sudah sampai di Pelabuhan Muara Angke.

Suasana dan aroma yang berbeda saat kami tiba di Pelabuhan Muara Angke, ramai sekali dan aroma amis ikan menusuk hidung. Kami langsung menuju kapal yang akan berangkat ke Pulau Tidung. Akhirnya, naik kapal kayu juga. Tak apalah yang penting bisa sampai di Pulau Tidung dan tiket untuk kapal kayu ini seharga Rp. 40.000. Di dalam kapal sudah banyak orang, kami cari posisi duduk yang enak dan akhirnya dapat, bersebelahan dengan seorang wanita, sendirian, namanya mba Sari, ternyata beliau adalah seorang Tour Manager dari Travel UnlimiTrip, lihat di kartu namanya ... he he he.
Pukul 08.00 WIB, kapal pun berangkat, ini adalah kali pertama saya naik kapal. Perjalanan menuju Pulau Tidung sangat mengesankan, saya sangat menikmati irama ombak yang tenang. Subhanallaah ... indah nian ciptaan-Mu. Keberadaan mba Sari sangat membantu kami, yang baru pertama kali melakukan perjalanan ke Pulau Tidung. Suasana dalam kapal sangat ramai. Sambil ngobrol dengan mba Sari, kami menyantap cemilan.
Dalam Kapal Bima
Ramaaaii
















Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, pukul 10.00 WIB, sampailah kami di Pulau Tidung. Alhamdulillaah ... sampai juga. Lega rasanya. Turun dari kapal, suami langsung hubungi Bu Yayah, pemilik homestay yang kami sewa. Ternyata, Bu Yayah, sudah menunggu kami di depan gerbang dermaga. Bu Yayah orangnya baik dan ramah. Kami pun menuju Homestay Bu Yayah. Sesampainya di homestay, kami langsung istirahat. Homestaynya enak, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, AC, TV, dan dispenser walaupun letaknya lumayan jauh dari Jembatan Cinta tapi ada fasilitas sewa sepeda, dan bisa juga naik Bemtor (Becak Motor).

Teras Homestay Bu Yayah

Pukul 13.00 WIB, kami menuju Jembatan Cinta, semangat mengayuh sepeda berdua dengan suami. Sampai di Jembatan Cinta, waaahh ... banyak orang sich, tapi tidak ada yang naik ke jembatan, soalnya panaass. Kami memilih duduk-duduk sambil menikmati es kelapa muda, hmmm ... segeeeeerrrr. Selesai menikmati es kelapa muda, kami keliling-keliling sebentar, kemudian kami kembali ke homestay, dan akan kembali sorenya.

Pukul 15.30 WIB, kami sudah siap di depan homestay, untuk kembali ke Jembatan Cinta, tapi kali ini tidak mengayuh sepeda, melainkan kami menaiki bemtor. Kami hanya menunggu di depan homestay, bemtornya yang akan menjemput kami. Pemilik homestay yang menghubungi bemtornya.
Suasana Jembatan Cinta sore hari, sangat jauh berbeda dengan siang hari, adeeeemm banget, dan sudah banyak orang yang siap-siap terjun dari Jembatan Cinta, oh ya, suami tidak ikutan loncat, kami hanya menonton saja, seneng lihatnya. Kami telusuri jembatan cinta sampai ujung, sambil berfoto-foto ria. Saat kami jalan-jalan di jembatan cinta, kami bertemu lagi dengan mba Sari. Naaah, kesempatan ini tidak kami sia-siakan, kami pun minta tolong mba Sari untuk foto kami berdua, dan tidak lupa saya pun foto bersama dengan mba Sari.

Selalu Bersama
With Mba Sari
Belahan Jiwa


Jembatan Cinta
Anginnya kenceeeng
Bebas eeuuyyy




Pantai Tidung Menjelang Senja
Pantai Tidung Menjelang Senja









Pantai Tidung Menjelang Senja
Setelah puas menyusuri jembatan cinta dan pantainya, kami pun kembali ke homestay dengan bemtor lagi. Kami tidak menunggu sunset, karena kami dipesankan oleh Bu Yayah, usahakan Maghrib sudah di rumah. Selesai sholat Maghrib, kami makan malam dengan menu spesial yang sudah disiapkan oleh Bu Yayah, yaitu cumi dan ikan. Nasi hangat, kecap pedes menambah gurih makan malam kami. Saya tergoda oleh cumi yang besar-besar, lahap makannya. Hmm ... yummmy dan malam itu super kenyang (^_^) dan kami pun tidur dengan pulas.

Rabu, 31 Desember 2014, pukul 07.00 WIB, kami meninggalkan homestay, karena kapal akan berangkat ke Muara Angke pukul 08.00 WIB. Pagi itu hujan, suami bertanya kepada suami Bu Yayah, "Kalau hujan begini, kapal tetap berangkat? Suami Bu Yayah bilang "Iya Pak, tetap berangkat". Saya berharap mudah-mudahan ombaknya tidak besar.

Suami Bu Yayah mengantarkan kami sampai dermaga dan kami lihat kapal sudah stand by di sana. Kami segera masuk dalam kapal untuk memilih posisi, ternyata kapal yang kami naiki banyak bocornya, alhasil banyak tempat yang basah di dalam kapal. Tadinya ingin duduk di bagian atas kapal, tapi karena hujan, kami memilih di dalam saja. Setelah mengambil pelampung, kami pun duduk menikmati sarapan yag sudah kami siapkan. Mualilah, banyak penumpang berdatangan, saat kami sedang asyik sarapan, tiba-tiba suami mencari pelampung yang tadi sudah diambil olehnya, ternyata pelampung kami tidak ada, diambil orang. Bukan salah orang itu juga, tapi karena kami yang hanya meletakkan begitu saja dekat tempat duduk kami jadi dianggapnya tidak ada yang punya. Suami langsung mengambil kembali 2 pelampung dan langsung kita gunakan sebagai alas duduk, biar tidak diambil orang lagi ... he he he.

Pukul 08.00 WIB, kapal pun berangkat, dari awal keberangkatan, saya sudah merasakan ombak yang lumayan besar. Semakin terus berjalan, akhirnya apa yang saya takutkan terjadi, ombaknya besaaarrr bangeeettt, goncangan kapal kami terasa sekali. Semua penumpang tegang, termasuk saya dan suami. Perut seperti dikocok luar biasa, takut, deg-deg-an, pasrah ... semuanya jadi satu. Wajah panik penumpang sangat kelihatan sekali. Suami mengingatkan saya untuk banyak dzikir, do'a dan murojaah. Sambil dzikir Al Ma'tsurat, terlihat, air dari ombak masuk lewat sela-sela kayu dalam kapal kami. Lantai kayu kami pun  basah. Situasi tegang itu berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Selain rasa takut dan panik, mulailah satu persatu penumpang mabuk laut, karena tidak tahan goncangan ombaknya. Saya sendiri merasakan mual bukan kepalang, tapi alhamdulilllaah sampai akhir perjalanan tidak sampai mabuk laut, karena langsung minum tolak angin cair yang memang sudah disiapkan dari awal keberangkatan. 

Pukul 10.00 WIB kapal pun tiba di Pelabuhan Muara Angke. Alhamdulillaah ... lega. Perjalanan pulang kami lanjutkan dengan menaiki angkot merah 01 ke arah Grogol. Di terminal Grogol, kami mampir dulu di rumah makan Padang, karena perut terasa lapar. Setelah makan, perjalanan kami lanjutkan dengan naik Bus AC, jurusan Grogol - Bekasi. Bus ini lewat tol timur, kami turun di Bulak Kapal, dari Bulak Kapal lanjut naik mobil elf menuju Tambun, dari Pasar Tambun, kami lanjutkan dengan angkot 16C, dan di Warung Asem kami turun untuk melanjutkan dengan berjalan kaki menuju rumah. Perjalanan yang sangat luar biasa, mengesankan sekaligus menegangkan, tapi jadinya seru. 

Demikian wisata seru kami ala backpacker ke Pulau Tidung. Kalau dulu sewaktu SMA saya dan suami senang mendaki gunung, sekarang kesenangan itu kami alihkan menjadi menjelajah tempat wisata. Karena kalau mendaki gunung lagi, berat badan sudah tidak mendukung ... he he he. Sampai jumpa dalam perjalanan kami berikutnya ...

Tambun - Bekasi