Wisata ke Pulau Tidung sudah masuk dalam rencana utama liburan kami. Tanggal 22 Desember 2014, langsung kami pesan penginapan di Pulau Tidung setelah mencari-cari by google. Kami pergi tidak melalui agen travel, karena rencana perginya hanya berdua saja, saya & suami. Alhamdulillaah, kami dapat penginapan, namanya Penginapan Samudra. Rencana menginap tanggal 29-30 Desember di Pulau Tidung dan kami pun langsung transfer untuk uang mukanya.
Banyak rencana sudah disusun rapi dan matang, hendak kemana saja di Pulau Tidung nanti. Tapi, hari Sabtu, 27 Desember 2014, sepulang dari kuliahnya, suami bilang : "Kita ga jadi ke Pulau Tidung, hari Senin saya harus ketemu dosen untuk bimbingan skripsi". Saya cuma bilang :"Yaaaaaa" ... (kecewa) tapi mau bagaimana lagi, urusan pendidikan harus diutamakan.
Hari Senin pagi tanggal 29 Desember 2014, saya hubungi Penginapan Samudra untuk pembatalan, sekaligus harus rela uang muka hangus. Selama suami di kampusnya, saya cari-cari di google, tempat wisata mana yang akan kami datangi sebagai pengganti Pulau Tidung. Ba'da Dzuhur suami kembali dari kampus dan bilang, kita ke Pantai Sawarna aja. Saya lihat di google, perjalanan dari rumah ke Pantai Sawarna kurang lebih 9 jam, waduh ... lama banget. Tapi, tidak ada pilihan lain, telp sana sini cari-cari penginapan. Ternyata, semua penginapan di Pantai Sawarna untuk tanggal 30-31 Desember sudah penuh semua. Jadi ... Pantai Sawarna pun belum bisa kami kunjungi.
Senin, 29 Desember 2014, sekitar pukul 17.30 ... saya dan suami masih mencari-cari tempat wisata yang akan kami kunjungi. Saya bilang : "Ke Pulau Tidung lagi aja dech, kita cari penginapan lain selain Penginapan Samudra", karena sebelumnya sudah saya batalkan. Suami setuju sambil bilang : "Kalau Allah izinkan, maka akan dimudahkan". Saya hanya jawab : "Aamiin". Kami mulai sibuk untuk menelephon penginapan di Pulau Tidung. Ternyata penginapan untuk tanggal 30 - 31 Desember 2014 sudah penuh. Suami, cari-cari lagi di google, dan ketemu Homestay Ibu Yayah, langsung ditelp, dan alhamdulillaah ... bisa. Seneng banget dan wajah pun ceria. Pesan homestay di injury time. Lanjut, suami telp taxi untuk menjemput kami hari Selasa, pukul 03.45 WIB dan urusan taxi pun beres.
Selasa, 30 Desember 2014, pukul 03.45 WIB taxi yang kami pesan pun datang, dan kami langsung berangkat menuju Pelabuhan Kaliadem, karena kami akan menaiki Kapal Lumba-Lumba atau Karapu dari sana. Bisa juga dari Pelabuhan Muara Angke, tapi kapalnya kapal kayu. Pukul 05.00 WIB, kami sampai di Pelabuhan Kaliadem. Begitu tiba, langsung kami cari mushollanya terlebih dahulu. Selesai sholat Subuh, kami duduk-duduk di bangku tunggu dan langsung kami diberitahukan bahwa Kapal Lumba-Lumba atau Karapu sedang tidak beroperasi, karena habis kontraknya, yang ada hanya kapal kayu, tapi ada tempat duduknya juga, namanya Kapal Garuda Ekspress, nanti berangkat jam 08.00 WIB. Oh, ya sudah, tidak apa-apa, kami beli tiketnya dengan harga @50.000 dan sambil menunggu keberangkatan, kami foto-foto dulu di Pelabuhan Kaliadem yang bersih dan rapi tapi sepi.
|
Kapal Lumba-Lumba yang tidak jadi kita naikin |
|
Pelabuhan Kaliadem |
Pukul 06.30 WIB, penjaga tiket bilang, "Bu, sepertinya kalau hanya ibu berdua yang naik, kapal Garuda ga akan berangkat, lebih baik ibu naik dari Muara Angke saja, di sana banyak kapal yang berangkat ke Pulau Tidung". Ow .. Oww ... setelah uang tiket dikembalikan, tanpa pikir panjang lagi kami langsung menuju Pelabuhan Muara Angke yang jaraknya tidak jauh dari Pelabuhan Kaliadem, dengan berjalan kaki sekitar 10 menit sudah sampai di Pelabuhan Muara Angke.
Suasana dan aroma yang berbeda saat kami tiba di Pelabuhan Muara Angke, ramai sekali dan aroma amis ikan menusuk hidung. Kami langsung menuju kapal yang akan berangkat ke Pulau Tidung. Akhirnya, naik kapal kayu juga. Tak apalah yang penting bisa sampai di Pulau Tidung dan tiket untuk kapal kayu ini seharga Rp. 40.000. Di dalam kapal sudah banyak orang, kami cari posisi duduk yang enak dan akhirnya dapat, bersebelahan dengan seorang wanita, sendirian, namanya mba Sari, ternyata beliau adalah seorang Tour Manager dari Travel UnlimiTrip, lihat di kartu namanya ... he he he.
Pukul 08.00 WIB, kapal pun berangkat, ini adalah kali pertama saya naik kapal. Perjalanan menuju Pulau Tidung sangat mengesankan, saya sangat menikmati irama ombak yang tenang. Subhanallaah ... indah nian ciptaan-Mu. Keberadaan mba Sari sangat membantu kami, yang baru pertama kali melakukan perjalanan ke Pulau Tidung. Suasana dalam kapal sangat ramai. Sambil ngobrol dengan mba Sari, kami menyantap cemilan.
|
Dalam Kapal Bima |
|
Ramaaaii |
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, pukul 10.00 WIB, sampailah kami di Pulau Tidung. Alhamdulillaah ... sampai juga. Lega rasanya. Turun dari kapal, suami langsung hubungi Bu Yayah, pemilik homestay yang kami sewa. Ternyata, Bu Yayah, sudah menunggu kami di depan gerbang dermaga. Bu Yayah orangnya baik dan ramah. Kami pun menuju Homestay Bu Yayah. Sesampainya di homestay, kami langsung istirahat. Homestaynya enak, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, AC, TV, dan dispenser walaupun letaknya lumayan jauh dari Jembatan Cinta tapi ada fasilitas sewa sepeda, dan bisa juga naik Bemtor (Becak Motor).
|
Teras Homestay Bu Yayah |
Pukul 13.00 WIB, kami menuju Jembatan Cinta, semangat mengayuh sepeda berdua dengan suami. Sampai di Jembatan Cinta, waaahh ... banyak orang sich, tapi tidak ada yang naik ke jembatan, soalnya panaass. Kami memilih duduk-duduk sambil menikmati es kelapa muda, hmmm ... segeeeeerrrr. Selesai menikmati es kelapa muda, kami keliling-keliling sebentar, kemudian kami kembali ke homestay, dan akan kembali sorenya.
Pukul 15.30 WIB, kami sudah siap di depan homestay, untuk kembali ke Jembatan Cinta, tapi kali ini tidak mengayuh sepeda, melainkan kami menaiki bemtor. Kami hanya menunggu di depan homestay, bemtornya yang akan menjemput kami. Pemilik homestay yang menghubungi bemtornya.
Suasana Jembatan Cinta sore hari, sangat jauh berbeda dengan siang hari, adeeeemm banget, dan sudah banyak orang yang siap-siap terjun dari Jembatan Cinta, oh ya, suami tidak ikutan loncat, kami hanya menonton saja, seneng lihatnya. Kami telusuri jembatan cinta sampai ujung, sambil berfoto-foto ria. Saat kami jalan-jalan di jembatan cinta, kami bertemu lagi dengan mba Sari. Naaah, kesempatan ini tidak kami sia-siakan, kami pun minta tolong mba Sari untuk foto kami berdua, dan tidak lupa saya pun foto bersama dengan mba Sari.
|
Selalu Bersama |
|
With Mba Sari |
|
Belahan Jiwa |
|
Jembatan Cinta |
|
Anginnya kenceeeng |
|
Bebas eeuuyyy |
|
Pantai Tidung Menjelang Senja |
|
Pantai Tidung Menjelang Senja
|
|
Pantai Tidung Menjelang Senja |
Setelah puas menyusuri jembatan cinta dan pantainya, kami pun kembali ke homestay dengan bemtor lagi. Kami tidak menunggu sunset, karena kami dipesankan oleh Bu Yayah, usahakan Maghrib sudah di rumah. Selesai sholat Maghrib, kami makan malam dengan menu spesial yang sudah disiapkan oleh Bu Yayah, yaitu cumi dan ikan. Nasi hangat, kecap pedes menambah gurih makan malam kami. Saya tergoda oleh cumi yang besar-besar, lahap makannya. Hmm ... yummmy dan malam itu super kenyang (^_^) dan kami pun tidur dengan pulas.
Rabu, 31 Desember 2014, pukul 07.00 WIB, kami meninggalkan homestay, karena kapal akan berangkat ke Muara Angke pukul 08.00 WIB. Pagi itu hujan, suami bertanya kepada suami Bu Yayah, "Kalau hujan begini, kapal tetap berangkat? Suami Bu Yayah bilang "Iya Pak, tetap berangkat". Saya berharap mudah-mudahan ombaknya tidak besar.
Suami Bu Yayah mengantarkan kami sampai dermaga dan kami lihat kapal sudah stand by di sana. Kami segera masuk dalam kapal untuk memilih posisi, ternyata kapal yang kami naiki banyak bocornya, alhasil banyak tempat yang basah di dalam kapal. Tadinya ingin duduk di bagian atas kapal, tapi karena hujan, kami memilih di dalam saja. Setelah mengambil pelampung, kami pun duduk menikmati sarapan yag sudah kami siapkan. Mualilah, banyak penumpang berdatangan, saat kami sedang asyik sarapan, tiba-tiba suami mencari pelampung yang tadi sudah diambil olehnya, ternyata pelampung kami tidak ada, diambil orang. Bukan salah orang itu juga, tapi karena kami yang hanya meletakkan begitu saja dekat tempat duduk kami jadi dianggapnya tidak ada yang punya. Suami langsung mengambil kembali 2 pelampung dan langsung kita gunakan sebagai alas duduk, biar tidak diambil orang lagi ... he he he.
Pukul 08.00 WIB, kapal pun berangkat, dari awal keberangkatan, saya sudah merasakan ombak yang lumayan besar. Semakin terus berjalan, akhirnya apa yang saya takutkan terjadi, ombaknya besaaarrr bangeeettt, goncangan kapal kami terasa sekali. Semua penumpang tegang, termasuk saya dan suami. Perut seperti dikocok luar biasa, takut, deg-deg-an, pasrah ... semuanya jadi satu. Wajah panik penumpang sangat kelihatan sekali. Suami mengingatkan saya untuk banyak dzikir, do'a dan murojaah. Sambil dzikir Al Ma'tsurat, terlihat, air dari ombak masuk lewat sela-sela kayu dalam kapal kami. Lantai kayu kami pun basah. Situasi tegang itu berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Selain rasa takut dan panik, mulailah satu persatu penumpang mabuk laut, karena tidak tahan goncangan ombaknya. Saya sendiri merasakan mual bukan kepalang, tapi alhamdulilllaah sampai akhir perjalanan tidak sampai mabuk laut, karena langsung minum tolak angin cair yang memang sudah disiapkan dari awal keberangkatan.
Pukul 10.00 WIB kapal pun tiba di Pelabuhan Muara Angke. Alhamdulillaah ... lega. Perjalanan pulang kami lanjutkan dengan menaiki angkot merah 01 ke arah Grogol. Di terminal Grogol, kami mampir dulu di rumah makan Padang, karena perut terasa lapar. Setelah makan, perjalanan kami lanjutkan dengan naik Bus AC, jurusan Grogol - Bekasi. Bus ini lewat tol timur, kami turun di Bulak Kapal, dari Bulak Kapal lanjut naik mobil elf menuju Tambun, dari Pasar Tambun, kami lanjutkan dengan angkot 16C, dan di Warung Asem kami turun untuk melanjutkan dengan berjalan kaki menuju rumah. Perjalanan yang sangat luar biasa, mengesankan sekaligus menegangkan, tapi jadinya seru.
Demikian wisata seru kami ala backpacker ke Pulau Tidung. Kalau dulu sewaktu SMA saya dan suami senang mendaki gunung, sekarang kesenangan itu kami alihkan menjadi menjelajah tempat wisata. Karena kalau mendaki gunung lagi, berat badan sudah tidak mendukung ... he he he. Sampai jumpa dalam perjalanan kami berikutnya ...
Tambun - Bekasi