60 menit yang lalu saya terbangun dan melihat ada 1 pesan yang masuk ke inbox FB di HP, yang isinya curhat seorang teman karena FB-nya diblokir oleh seseorang. Hmm ... dalam 1 pekan ini, sudah ada 3 orang yang curhat tentang hal yang sama, mengenai blokir atau unfollow, yang intinya mereka resah dan gelisah karena sudah diblokir atau diunfollow oleh orang-orang yang mereka kenal. Lagi-lagi saya menanggapinya dengan memberikan emoticon senyuman seperti kedua teman saya sebelumnya :).
Saat diblokir atau diunfollow oleh teman di media sosial, setiap orang berbeda menanggapinya, ada yang serius, tapi ada juga yang santai, seperti saya (^_^). Tapi, walaupun santai, saya punya catatan sendiri mengenai blokir atau unfollow. Berikut ini adalah catatan saya mengenai blokir atau unfollow :
1. Memblokir atau meng-unfollow adalah hak seseorang. Kita tidak bisa paksa orang lain untuk tidak memblokir atau meng-unfollow kita. Begitu juga sebaliknya. Jadi, kalau saat ini orang lain melakukannya pada kita, mungkin lain waktu kita yang akan melakukannya juga pada orang lain. So, tenang aja temans, ini hal yang biasa terjadi di media sosial. Jangan masukin ke dalam hati ... hehehe
2. Setiap orang yang memblokir atau meng-unfollow selalu punya alasan. Naah, masalahnya, alasannya ini tidak pernah sampai ke kita. Tapi, ga usah juga dikejar-kejar orang itu untuk mendapatkan alasan, yang ada nanti orang itu malah semakin "bete" sama kita, cuekin aja.
3. Sadari bahwa masih banyak yang mau berteman dengan kita. Bersyukur, kalau teman di dunia nyata jauh lebih banyak daripada teman di dunia maya. Karena memang seharusnya seperti itu. Jadi, jangan dipusingin dengan hanya 1 orang yang blokir atau unfollow. Kalau pusing, sebentar aja, atau langsung minum obat pusing, biar pusingnya langsung move on (^_^).
4. Introspeksi diri. Untuk yang satu ini, perlu dilakukan, maksudnya supaya kita tidak mudah memvonis kesalahan pada orang lain, padahal sebenarnya masalahnya justru ada di diri kita sendiri.
Dari semua ini, intinya jika ada masalah berkaitan dengan komunikasi, lebih baik disampaikan dan dijelaskan. Kalau didiamkan saja, bisa berakibat tidak baik. Tidak selamanya diam itu menyelesaikan masalah, yang ada malah menambah masalah, karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda dan belum tentu benar. Tapi jika diam adalah pilihannya, maka jalani saja kehidupan ini sebagaimana mestinya, tidak perlu galau. Kebanyakan galau, merugikan diri kita sendiri.
Saya bukan dosen komunikasi apalagi pakar komunikasi, pastilah apa yang saya tulis ini masih jauh dari teori-teori komunikasi yang baik. Jadi, jika merasa masih mengganjal di hati dari tulisan saya ini, silahkan langsung konsultasi pada dosen komunikasi atau pakar komunikasi, karena mereka lebih paham tentang hal ini dan tentunya mereka akan memberikan solusi yang tepat untuk bertindak secara arif dan bijaksana dalam berkomunikasi di media sosial.
Tambun - Bekasi