Kamis, 16 Oktober 2014

Diblokir atau Unfollow , Jangan Galau

60 menit yang lalu saya terbangun dan melihat ada 1 pesan yang masuk ke inbox FB di HP, yang isinya curhat seorang teman karena FB-nya diblokir oleh seseorang. Hmm ... dalam 1 pekan ini, sudah ada 3 orang yang curhat tentang hal yang sama, mengenai blokir atau unfollow, yang intinya mereka resah dan gelisah karena sudah diblokir atau diunfollow oleh orang-orang yang mereka kenal. Lagi-lagi saya menanggapinya dengan memberikan emoticon senyuman seperti kedua teman saya sebelumnya :).

Saat diblokir atau diunfollow oleh teman di media sosial, setiap orang berbeda menanggapinya, ada yang serius, tapi ada juga yang santai, seperti saya (^_^). Tapi, walaupun santai, saya punya catatan sendiri mengenai blokir atau unfollow. Berikut ini adalah catatan saya mengenai blokir atau unfollow :

1. Memblokir atau meng-unfollow adalah hak seseorang. Kita tidak bisa paksa orang lain untuk tidak memblokir atau meng-unfollow kita. Begitu juga sebaliknya. Jadi, kalau saat ini orang lain melakukannya pada kita, mungkin lain waktu kita yang akan melakukannya juga pada orang lain. So, tenang aja temans, ini hal yang biasa terjadi di media sosial. Jangan masukin ke dalam hati ... hehehe

2. Setiap orang yang memblokir atau meng-unfollow selalu punya alasan. Naah, masalahnya, alasannya ini tidak pernah sampai ke kita. Tapi, ga usah juga dikejar-kejar orang itu untuk mendapatkan alasan, yang ada nanti orang itu malah semakin "bete" sama kita, cuekin aja. 

3. Sadari bahwa masih banyak yang mau berteman dengan kita. Bersyukur, kalau teman di dunia nyata jauh lebih banyak daripada teman di dunia maya. Karena memang seharusnya seperti itu. Jadi, jangan dipusingin dengan hanya 1 orang yang blokir atau unfollow. Kalau pusing, sebentar aja, atau langsung minum obat pusing, biar pusingnya langsung move on (^_^).

4. Introspeksi diri. Untuk yang satu ini, perlu dilakukan, maksudnya supaya kita tidak mudah memvonis kesalahan pada orang lain, padahal sebenarnya masalahnya justru ada di diri kita sendiri.

Dari semua ini, intinya jika ada masalah berkaitan dengan komunikasi, lebih baik disampaikan dan dijelaskan. Kalau didiamkan saja, bisa berakibat tidak baik. Tidak selamanya diam itu menyelesaikan masalah, yang ada malah menambah masalah, karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda dan belum tentu benar. Tapi jika diam adalah pilihannya, maka jalani saja kehidupan ini sebagaimana mestinya, tidak perlu galau. Kebanyakan galau, merugikan diri kita sendiri.

Saya bukan dosen komunikasi  apalagi pakar komunikasi, pastilah apa yang saya tulis ini masih jauh dari teori-teori komunikasi yang baik. Jadi, jika merasa masih mengganjal di hati dari tulisan saya ini, silahkan langsung konsultasi pada dosen komunikasi atau pakar komunikasi, karena mereka lebih paham tentang hal ini dan tentunya mereka akan memberikan solusi yang tepat untuk bertindak secara arif dan bijaksana dalam berkomunikasi di media sosial.

Tambun - Bekasi

Rabu, 15 Oktober 2014

Gusi Meradang Nafsu Makan Pun Hilang

Senin, 13 Oktober 2014 

Senin sore, di mulut terasa ada yang mengganjal & terasa nyeri. Coba lihat di kaca, oh ternyata gusi bengkak. Langsung keluar, pergi ke warung depan rumah, beli minuman larutan pereda panas dalam. Beli 3 botol, yang 2 botol masuk dulu ke kulkas, yang 1 botol langsung di minum. Mudah-mudahan nyerinya hilang, itu harapan saya.

Ba'da maghrib, nyerinya masih terasa, bahkan lebih hebat, tidak ada pilihan, ambil segelas air hangat ditambah 1 sendok garam, larutin, langsung kumur-kumur dan berharap nyerinya hilang. Ditunggu, 1 jam , 2 jam sampai 3 jam berlalu, nyerinya semakin hebat, dan bukan hanya gusi yang bengkak, tapi juga pipi pun ikutan bengkak. Ambil larutan yang masih tersisa di kulkas, langsung minum dua-duanya. Setelah itu, pipi yang bengkak diolesin Suncream. Karena pernah juga, gigi cenat-cenut, diolesin suncream di pipi, langsung hilang cenat-cenutnya. Tapi kali ini ternyata saya salah, nyeri dan bengkak semakin bertambah. Melihat bengkaknya pipi, aduuuhh, mesti diolesin pake apa lagi ya? ... Akhirnya saya memilih untuk membiarkan saja, kali aja nanti bengkaknya hilang sendiri.

Selasa, 14 Oktober 2014

Bangun pagi, ada yang terasa aneh dengan wajah, berasa wajah tidak simetris, lihat di kaca ... owhhh ternyata bengkaknya belum hilang, malah semakin besar. Tidak ada pilihan lain, tidak masuk sekolah. SMS ke Wakasek Kurikulum dan WA dengan panitia UTS, menginformasikan tidak bisa mengawas hari itu, biar jadwal mengawas digantikan oleh guru yang lain. Setelah mandi pagi, duduk di depan kaca rias di kamar, melihat wajah, ini tuch harus diapain ya dan harus dikasih obat apa? ... Berfikir sendirian, karena suami sedang tidak ada di rumah, beliau sedang mengantarkan ibunya ke Slawi Jawa Tengah dari hari Senin pagi sampai dengan 2 hari ke depan. Tanya ke adikku, Bundanya Rafly dan Radit di Depok by WA, katanya pake Cataflam 50 mg. Cepet buat ngilangin gusi yang bengkak. Setelah dapat info itu, sebenarnya pengen cepat-cepat beli obat itu di apotek, tapi berhubung di rumah sendirian, jadilah tertunda beli obatnya. Ditambah badan juga meriang. Jadi, ga bisa keluar rumah. 

Mengisi hari dengan mencoba berbagai cara untuk menghilangkan bengkak ala sendiri, mulai dari taruh langsung garam ke gusi yang bengkak sampai ngolesin es batu di pipi yang bengkak. Ternyata semuanya ga ada hasil. Bengkaknya masih eksis. Diperparah dengan kesulitan untuk bicara, mengunyah dan menelan makanan. Jadilah kemaren, nafsu makan hilang. Keadaan ini berlanjut sampai menjelang maghrib ...
Ba'da maghrib berfikir, kalau tidak dipaksa masuk makanan, bisa tambah parah nih penyakit ... Akhirnya dengan dipaksa, masuk juga makanan, supaya perut tidak kosong. Walaupun kesulitan saat masukin makanan ke mulut, mengunyah dan menelannya, tapi tidak ada pilihan lain, harus makan, daripada penyakitnya bertambah satu lagi, kan tambah repot nanti. Setelah makan, saya minum obat pereda nyeri yang ada di rumah ... Alhamdulilllaah, nyerinya hilang, tapi bengkaknya belum. Saya fikir, ga pa-pa dech, mungkin bertahap. Akibat minum obat pereda nyeri, membuat saya ngantuk hebat, karena memang efek dari obat pereda nyeri yang saya minum salah satunya membuat ngantuk. 

Rabu, 15 Oktober 2014

Bangun pagi di hari Rabu ini, lebih  semangat, karena tau, suami akan pulang pagi dari Slawi (hehehe) ... Lihat ke kaca lagi, hmmm, bengkaknya masih ada, tapi nyerinya sudah hilang. Pukul 08.30, suami pun datang ... seneng banget. Oh ya, hari ini pun saya belum masuk ke sekolah, karena pipi masih bengkak banget-banget. Suami pulang sekaligus membawa obat Cataflam dan Amoxylin, 2 obat yang baik diminum saat gusi bengkak, kata adik yang sudah pernah kena gusi bengkak dan juga dari penjaga di apotek, saat suami beli obat di apotek di daerah Mangun Jaya II sekalian pulang dari Slawi. Karena sebelumnya sudah sarapan bubur nasi, kedua obat itu pun langsung saya minum. Sampai saya menulis cerita ini, pipi saya masih bengkak, tapi mudah-mudahan berangsur-angsur hilang. Aamiin ...

Tambun - Bekasi

Minggu, 12 Oktober 2014

Pengalaman Pertama Naik APTB

Kemarin, Sabtu, 11 Oktober 2014, saya dan suami menghadiri acara pernikahan sepupu saya di daerah Cawang. Awalnya kami akan naik motor ke sana, tapi karena Jum'at - Sabtu pagi, suami ada acara MABIT di sekolah, maka rencana tersebut berubah. Suami tidak mau mengendarai motor sampai Cawang, karena  masih terasa ngantuk. Suami memberikan alternatif pilihan menuju ke Cawang, pertama naik kereta api dari stasiun Kota Bekasi. Untuk menuju ke stasiun Kota Bekasi kami harus berkendara motor dulu dengan jarak yang lumayan jauh. Pilihan kedua naik APTB di Bulak Kapal. Melihat kondisi suami yang masih lelah, saya memilih pilihan kedua, yaitu naik APTB di Bulak Kapal, kebetulan saya pun belum pernah naik APTB (norak banget ya ... hehehe).

Berangkat (dari Tambun menuju Cawang)

Pukul 11.15, kami berangkat dari rumah menuju Bulak Kapal. Perjalanan kurang lebih 30 menit dari rumah ke Bulak Kapal, siang itu jalanan agak macet. Setelah menitipkan motor di tempat penitipan motor, kami pun menunggu APTB di halte Bulak Kapal. APTB yang kami tunggu jurusan Bekasi - Tnh.Abang. 10 menit berlalu, APTB yang kami tunggu pun datang. Kami langsung naik dan Alhamdulillaah banyak bangku kosong, kami pun langsung menuju bangku kosong dekat pintu & duduk manis (^_^).

Awalnya APTB akan lewat Tol Timur, tapi karena macetnya parah banget, akhirnya Pak Supir, puter balik ke arah Bulak Kapal dan melanjutkan perjalanan melalui Tol Barat. Alhamdulillaah di tol barat tidak terjadi kemacetan yang parah seperti tol timur.

Di dalam APTB, nyaman sekali, ber-AC dan ruangannya lebih luas dibandingkan dengan bus-bus pada umumnya. Karena saya baru pertama kali naik APTB, jadilah saya benar-benar menikmati, lihat-lihat sekeliling di dalam APTB. Kebetulan juga, penumpang APTB tidak terlalu banyak dan sssttt ... saya memperhatikan aktivitas para penumpang, ada yang asyik dengan gadgetnya, ada yang tidur, bahkan ada yang merapihkan maskaranya (hehehe), yang ngobrol malah tidak ada. Naaah, kalau suami, asyik menikmati tidurnya.

Memasuki jalan tol, barulah kernet menarik ongkosnya, besarannya Rp. 9.000,-. Perjalanan pun sangat lancar. Oh ya, APTB ini, bus yang boleh melewati jalur Bus Way lho. Warnanya biru. Sedikit menambah wawasan APTB singkatan dari Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta. Kurang lebih 40 menit, sampailah kami di halte Bus Way Stasiun Cawang, tempat tujuan kami. Setelah turun dari APTB, kami lanjutkan perjalanan dengan sedikit berolahraga yaitu menaiki dan menuruni anak tangga jembatan penyebrangan serta menuruni anak tangga di stasiun Cawang untuk menuju rumah sepupu saya yang lokasinya tidak jauh dari stasiun Cawang.

Pulang (dari Cawang menuju Tambun)

Setelah merasa cukup bersilaturrahiim dengan keluarga sepupu dan bertemu dengan sepupu-sepupu lainnya, maka pukul 14.30 kami pamit pulang. Melewati rute yang sama, kami pun menunggu APTB jurusan Bekasi-Tnh.Abang kembali di halte Bus Way Stasiun Cawang. Berbeda saat berangkat, yang tidak perlu menunggu lama kedatangan APTB, saat pulang, kami harus menunggu sekitar 45 menit, barulah APTB jurusan Bekasi datang. Saat masuk ke dalamnya, waaaahh ... ternyata penuh. Bukan hanya penuh oleh orang, tapi juga penuh dengan barang, maklum APTB yang kami naiki dari Tanah Abang. Ada 3 karung besar di dalam APTB. Tapi, karena karung-karung besar itu posisinya dibaringkan, jadilah saya bisa duduk di atasnya bersama dengan penumpang lainnya, sementara suami berdiri tidak jauh dari tempat saya duduk, karena sudah tidak kebagian tempat untuk duduk di atas karung itu (maaf ya ...).

Di pintu Tol Timur, banyak penumpang turun termasuk keluarga yang memiliki karung-karung tersebut. Jadilah, saya dan suami bisa duduk nyaman dan berdampingan. Lumayan ... merenggangkan otot kaki dan pinggang (hehehe) dan di halte Bulak Kapal kami pun turun dan berjalan menuju tempat penitipan motor. Perjalanan menuju rumah tercinta dilanjutkan dengan bermotor ria. Alhamdulillaah, kami selamat sampai rumah.

Tambun - Bekasi